Grup Wings: Solid dan Makin Menggurita
Agar bisa menjadi pemain global, Grup Wings harus terus
meluaskan pasarnya ke negara yang penduduknya banyak seperti Amerika
Latin, India dan Cina. Juga, membangun merek dan tim pemasaran yang hebat di
luar negeri.
Di industri toiletris Tanah Air, ada tiga pemain besar yang merangsek dan
menguasai pasar: Unilever, Procter & Gamble (P&G), dan Wings. Pemain
yang disebut pertama dan kedua adalah perusahaan multinasional. Pemain ketiga
adalah pemain lokal yang mampu bertengger di puncak dan menandingi raksasa
toiletris dunia. Dengan bendera PT Sayap Mas Utama, PT Wings Surya dan PT
Lioninda Jaya, puluhan produk keluaran kelompok usaha yang bermarkas di Kota
Buaya ini, sudah sangat familier di tengah masyarakat. Sebut saja detergen
Wings, Giv, Nuvo, Ciptadent, Kodomo, Mama Lemon, So Klin, Daia, Smile Up, dan
masih banyak lagi produk toiletris lainnya.
Hampir semua produk toiletris Wings menempel ketat produk sejenis milik
raksasa Unilever. Sekadar menyebut contoh: Nuvo dengan Lifebuoy, So Klin dengan
Rinso, So Klin Pewangi dengan Molto, Sunlight dengan Mama Lemon. Di mataHandito
Joewono, Chief Strategy Consultant Arrbey, produk toiletris
Wings memang terbukti memiliki posisi yang cukup kuat di pasar. Wings cukup
mampu menghadapi pemain asing seperti Unilever. “Menjadi nomor satu atau
dua,†ungkapnya.
Kedigdayaan Wings tak hanya di ranah toiletris yang mampu membuat raksasa
toiletris dunia Unilever ketar-ketir. Di industri makanan pun, raksasa Indofood
dibuat kalang kabut dengan kehadiran Mie Sedaap yang diluncurkan Wings pada
April 2003. Hanya dalam tempo setahun, Mie Sedaap berhasil “mencuri†12%
pangsa pasar Indofood. Meski tidak ada data angka, pertumbuhan Mie Sedaap terus
melejit. Hal ini terlihat dari penambahan mesin dan kapasitas produksi di dua
pabrik Gresik dan Bekasi. Tak pelak, Indofood yang selama ini melenggang
sendirian tertohok dan secara agresif langsung meluncurkan tiga merek
tandingan: Mie Sayaaap, Sarimi dan SuperMi Sedaaap. Selain merangsek pasar
dengan MieSedaap, Grup Wings juga membombardir pasar dengan produk minuman
Jas-Jus dan Ale-Ale. Kedua produk ini terlihat cukup mengkilap di pasar.
Tak hanya berjaya di bisnis toiletris dan makanan. Kelompok usaha yang
dibangun oleh duet Johanes Ferdinand Katuari dan Harjo Sutanto pada 1948 ini
telah menggurita ke berbagai sektor. Kelapa sawit, perbankan, bahan bangunan,
kimia, dan properti pun dirambahnya. Di bisnis properti, Grup Wings memiliki
sejumlah proyek perumahan prestisius, sebut saja Raffles Hill di Cibubur yang
diambil alih dari PT Gunung Subur Sentosa karena kesulitan likuiditas saat
krismon 1998. Di Surabaya, Grup Wings membangun perumahan Nirwana Executive,
Palem Indah, dan Palem Indah Permai.
Properti ritel komersial juga dilirik. Bergandengan dengan raksasa rokok
Grup Djarum, mereka membesut Pulau Gadung Trade Center lewat bendera PT
Nagaraja Lestari. Tak hanya di proyek tersebut kolaborasi dua raksasa itu,
kabarnya di proyek Superblok Grand Indonesia Jakarta pun, Grup Wings punya
andil cukup besar. Boleh jadi kolaborasi ini dipicu karena mereka menjalin
hubungan besan. Masih di bisnis properti, Grup Wings juga mengibarkan Apartemen
Patra Maisonette di Jakarta.
Di bisnis bahan bangunan, Grup Wings mengembangkan keramik lantai dengan
merek Milan (Milan Ceramics) sejak tahun 1989. Selain memproduksi Milan, di
bawah PT Adyabuana Persada juga mengembangkan merek Hercules. Selain itu,
bergandengan dengan Siam Cement (Thailand) sejak 1997 Grup Wings masuk ke
bisnis papan gipsum dan plester gipsum. Menggunakan bendera PT Siam-Indo Gypsum
Industry, merek yang dikembangkan adalah Elephant. Masih bermitra dengan Siam
Cement, lewat PT Siam-Indo Concrete Product, Wings memproduksi bahan semen
fiber untuk pengatapan. Selain itu, Wings pun merambah bisnis genteng
keramik clay dengan merek M-Class.
Di sektor keuangan, Grup Wings masuk ke bisnis sekuritas dengan
mengakuisisi PT UOB Kay Hian Securities pada 1994. Tahun 2001, Wings kembali
mengibarkan perusahaan sekuritas dengan bendera Ekokapital Sekuritas. Di sektor
keuangan, Wings juga mengibarkan Bank Ekonomi. Tahun lalu, 98,96% saham Bank
Ekonomi dijual ke HSBC dengan nilai sekitar Rp 7 triliun.
Dengan gurita bisnis tersebut, diperkirakan total kekayaan Grup Wings
mencapai Rp 13 triliun. Dan, sejak 2006, keluarga Katuari sudah masuk 10
besar pengusaha terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes. Menurut
Handito, meski masuk ke berbagai ranah bisnis, Grup Wings masih akan fokus pada
dua bisnis utamanya: toiletris dan makanan. “Mereka memiliki komitmen
yang sangat besar dalam membesarkan kedua bisnis tersebut. Dan hasilnya cukup
terlihat, di mana Wings cukup mampu menghadapi pemain-pemain asing seperti
Unilever,†Handito menegaskan. Menurut Handito, penting bagi GrupWings
terus memperhatikan dua pilar yang telah melambungkan perusahaan yang
berawal dari home industry menjadi raksasa bisnis ini.
Grup Wings tidak boleh kehilangan konsentrasinya dalam mengembangkan
dua pilar bisnis yangmemiliki banyak
ragam jenis produk. “Bagaimanapun Wings adalah salah satu raja
toiletris dan calon raja makanan,†ungkapnya.
Dalam pengamatannya, saat ini posisi produk makanan
Wings memang belum sebesar produk toiletrisnya. Bukan
berarti, Wings tidak mampu membesarkan usaha makanannya itu. Ia melihat
dalam lima tahun terakhir ini Wings memang terlihat berusaha membesarkan
usaha makanannya hingga mampu menjadi ancaman bagi para pesaing yang telah ada
sebelumnya.Lihat saja gebrakannya lewat Mie Sedaap yang membuat Indofood
kebakaran jenggot karena pangsa pasar Indomie tergerus.
Senada Handito, pengamat pemasaran Yadi
Budhisetiawan dari ForceOne juga menilai keunggulan Grup Wings memang
pada bisnis fast moving consumer goods (FMCG) yang
menjadi bisnis inti Grup Wings. Ia menilai pertumbuhan grup ini
sangat fenomenal. “Pertumbuhannya bisa sampai 20% per tahun. Itu
sangat fenomenal karena jika dihitung inflasi saja 6%, bisa tiga kali lipat
dari inflasi,†ujarnya.
Ia melihat ada tiga faktor yang melatarbelakangi kesuksesan di bidang ini.
Pertama, Wings menghasilkan produk yang terjangkau masyarakat luas. Kedua, kuat
dalam jaringan distribusi sehingga ketika meluncurkan produk baru lebih
mudah dengan dukungan distribusi yang luas dan dalam. Ketiga, menguasai
industri oleochemical sehingga industri toiletris bisa
dikuasai.
Kekuatan Grup Wings di bisnis toiletris karena menguasai juga bisnis
hulunya. Wings memang sangat visioner dan mempunyai konsep yang jelas
dalam mengarap industri. Pola ekspansi Grup Wings biasanya dengan lebih dulu
menguasai industri hulu sebelum menggarap hilirnya. Nah, di industri hulu yang
menjadi kekuatannya, Grup Wings menjadi produsenalkylbenzene –
bahan baku utama detergen – terbesar di Asia Pasifik lewat PT Unggul Indah
Cahaya. Dengan kapasitas terpasang lebih dari 200 ribu metrik ton per tahun,
perusahaan ini memasok Wings dan sejumlah produsen lokal, serta melempar ke
negara ASEAN, Eropa, Amerika Serikat dan Australia.
Masih di industri hulu, Grup Wings bergandengan dengan Grup Djarum dan Grup
Lautan Luas membeli Ecogreen Oleochemical dari Grup Salim. Ecogreen
adalah produsen oleochemical terbesar di dunia dengan
kapasitas produksi lebih dari 100 ribu metrik ton per tahun. Oleochemical adalah
bahan baku industri perawatan tubuh, sabun, detergen, makanan, plastik,
farmasi, dan berbagai industri lain. Produksi Ecogreen, 95% diekspor dengan
pasar utama negara Asia (50%) seperti Jepang, Cina dan Korea; Eropa (20%); dan
AS (20%).
Sejatinya, tak hanya produk Ecogreen yang diekspor. Produk toiletris dan
makanan juga mendapat respons cukup bagus di pasar mancanegara. Menurut
pengamatan Yadi, produk toiletris Grup Wings sampai ke pasar Afrika. Ia
mengatakan, untuk pasar global memang Grup Wings belum bisa
disejajarkan dengan pemain seperti Unilever karena masih tumbuh di pasar
negara developing dan underdeveloping. Namun,
untuk masuk ke pasar negara berkembang ini upaya Wings
denganpenetrasi produk detergennya cukup brilian karena masuk dengan ukuran
kecil, ½ kg dan 1 kg. Bandingkan dengan produsen asal AS atau
Eropa yang mengemas produk detergennya berukuran 3-5 kg.
Untuk bisa menjadi pemain global dan bisa disejajarkan dengan perusahaan
sekelas Unilever, Yadi menyarankan agar GrupWings terus
meluaskan pasarnya ke negara berkembang yang jumlah penduduknya banyak
seperti Amerika latin, India, termasuk ke
Cina. Sementara Handito menyarankan agar Grup
Wings membangun merek dan tim pemasaran di luar negeriuntuk lebih bisa
menggarap pasar luar. Ia menandaskan, jaringan distribusi ke luar negeri perlu
diperkuat. “Sayaharapkan Grup Wings bisa jadi seperti
P&G-nya Indonesia,†katanya.
Menurut A.B. Susanto, Managing Partner The Jakarta
Consultant Group, kelompok usaha yang sekarang dimotori generasi kedua Katuari
ini sudah menunjukkan eksistensinya di pasar regional. “Beberapa
produknya diekspor ke beberapa negara,†imbuhnya. Untuk menjadi pemain
global, menurutnya, harus mempunyai visi yang diikuti dengan perencanaan
strategi perusahaan yang bagus. Dari rekam jejak perjalanan Grup Wings,
kelompok usaha ini dijalankan dengan visi dan konsep yang jelas.
Menurut Yadi, Grup Wings yang tumbuh dari bisnis keluarga ini unik
sekali karena melibatkan semua keluarga, sampai om, tante,
dan keponakan pun dilibatkan. “Mereka bisa kompak bekerja
menumbuhkan perusahaan,†katanya. Berbagai kalangan memang menilai meski
perusahaan keluarga, Wings sangat solid. Meski menguasai kepemilikan, di
beberapa perusahaan keluarga Katuari tak selalu menjadi pucuk
pimpinan. Sejauh ini Handito menilai, keluarga Katuari men-treatbisnisnya
dengan profesional. Mereka juga banyak menggunakan tenaga profesional di
perusahaan. “Dan hasilnya terlihat dari pencapaian mereka sejauh ini,â€
ujarnya.
Reportase: Siti Ruslina, Moh. Husni Mubarak dan Kristiana Anissa
Riset:
Ratu Nurul Hanifah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar