Indonesia konsumen mi instan terbesar kedua dunia
Mi instan bagi orang Indonesia agaknya serupa dengan kari bagi
bangsa India. Ini memang bukan pembandingan jitu, tapi setidaknya
memperlihatkan kuatnya citra makanan kemasan itu dengan Indonesia.
Meski konsumsi mi instan Indonesia masih di bawah Tiongkok,
angkanya sungguh fantastis: 13,2
miliar bungkus per tahun.
Data 2015 itu menempatkan Tiongkok, Indonesia, dan
Jepang--berturut-turut--sebagai tiga negara teratas penyantap mi instan. Laman
Asosiasi Mi instan Dunia (WINA) menunjukkan persentase konsumsi mi instan
Indonesia dibandingkan dengan dunia mencapai kira-kira 13,5 persen.
Dari jumlah keseluruhan konsumsi mi instan dunia sebesar 97,7
miliar bungkus per tahun pada 2015, Tiongkok mencatatkan 40,4 miliar bungkus
dan Jepang 5,5 miliar bungkus.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, angka itu memang mengalami
penurunan. Jika melihat data WINA sepanjang 2011-2015, penurunan mulai terjadi
sejak 2013.
Sebagai informasi pelengkap, jajak pendapat yang dilakukan oleh FT Confidential pada 2015 menunjukkan
bahwa 87 persen kelas menengah di Indonesia secara rutin mengonsumsi mi instan.
Ketua Asosiasi Industri Roti, Biskuit, dan Minuman (Arobim)
Sribugo Suratmo mengatakan rumah tangga Indonesia tidak lagi menganggap mi
instan sebagai makanan ringan, tapi menu sampingan.
Dilansir laman Indonesia Investments, sekitar 15 miliar bungkus mi instan
bakal terjual hingga akhir 2016. Taksiran itu berdasar atas adanya peningkatan
daya beli konsumen, selain kian dekatnya Ramadhan pada awal Juni.
Dikutip laman yang sama, periode puasa bagi umat Islam tersebut
biasanya memicu terdongkraknya konsumsi--pada mi instan, kenaikannya berkisar
10 persen hingga 15 persen.
Sejauh ini, pangsa pasar mi instan masih dipegang oleh Indofood
Sukses Makmur dengan persentase 72 persen (data 2014 ).
Di bawahnya setingkat ada Wings Group dengan 14,9 persen pangsa pasar yang
disusul Conscience Food Holding (2,6 persen).
Perusahaan lain seperti ABC Presiden Indonesia, Jakarama Tama,
Medco Group, Nissin Food Holdings, dan Delifood Sentosa tidak memiliki cukup daya untuk
menyundul.
Indonesia Investments menulis kedigdayaan Indofood tidak membuat
penanam modal asing mundur. Perusahaan Jepang Mitsubishi Corporation memiliki
porsi 34 persen saham di Nissin Foods Indonesia, unit lokal Nissin Food
Holdings pada Desember tahun lalu. Mitsubishi mengaku optimistis mengenai
peluangnya di negeri ini.
Wajar jika Jepang masih percaya diri dengan investasi itu.
Pasalnya, menilik sejarahnya, mi instan memang lahir di Jepang pada 1958, lebih
dari 10 tahun setelah Jepang
kalah dalam Perang Dunia II. Saat itu, dilansir laman WINA, televisi
sebagai media baru ikut mengubah pola konsumsi khalayak.
"Ramen ayam", mi instan pertama, ditemukan oleh
Momofuku Ando dan ia berhasil memungkinkan produksi massal mi tersebut. Karena
dianggap sebagai produk pendobrak, mi itu disebut sebagai "ramen
ajaib".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar